Sampai titik ini: sebuah catatan perjalanan hidup empat tahun terakhir (2016-2020)

Ngoprek MacBook, Ubuntu, dan python

Prolog

Tulisan kali ini dalam rangka melengkapi tulisan tentang perjalanan hidup dalam dunia akademik, mencakup capaian-capaian dan tentunya yang tidak kalah berharganya adalah pelajaran hidup atau hikmah yang terkadung di dalam setiap jejak langkah. Adapun tulisan sebelumnya yang dimaksud adalah: Dua Setengah Tahun di HUFS, Menjadi peneliti di sebuah perusahaan di Korea Selatan, dan 39 bulan di Jepang. Sebetulnya dalam setiap detil episode kehidupan yang dilalui selalui ada hikmah. Tetapi tulisan kali ini hanya mengupas ujung dari setiap episode perjalanan karir akademik (study di luar negeri sekaligus kerja sebagai peneliti). Adapun hikmah-hikmah lainnya dapat dibaca pada tulisan-tulisan yang ada di bawah menu “My Life”.

***

Salah satu cara introspeksi atau muhasabah diri adalah dg menghitung besarnya nilai “delta” (Δ) antara tahun 2016 (awal ke Jepang) dengan sekarang tahun 2020. Sejauh ini yang sudah dipelajari meliputi: jaringan sel syaraf (neural network), lalu rekayasanya yg mencakup bidang kimia (sintesis material, seperti ligand-exchange reaction, inverse micelle, modified Brust-Schiffrin method), fisika (sifat fisis material), elektronika (rangkaian elektronik untuk uji piranti), matematika (permodelan), dan terakhir programming (labview untuk interface rangkaian elektronik dengan komputer dan python untuk pengolahan datanya).

Continue reading “Sampai titik ini: sebuah catatan perjalanan hidup empat tahun terakhir (2016-2020)”

Anak kembar

2019-12-10-15-42-274709121970043286265.jpg
Si kembar Haruka-chan dan Haruko-chan (双子:ハルカちゃんとハルコちゃん)

Prolog

Setiap waktu yang kita habiskan di alam dunia ini mengandung banyak sekali ‘ibrah atau pembelajaran. Termasuk di dalamnya setiap kegagalan yang kita alami atau keberhasilan dalam suatu kompetisi dan lain sebagainya, pastilah mengandung sebuah pelajaran berharga, atau bahkan dari sana kita tertarik mempelajari sesuatu. Sebagaimana yang saya alami saat menjalani kehidupan berkeluarga. Dulu di awal pernikahan, rasanya sulit sekali untuk mendapatkan amanah berupa anak. Dari sanalah saya mulai mempelajari banyak hal berkaitan dengan sistem reproduksi manusia. Apa masalah yang biasa dihadapi, faktor apa saja yang menyebabkan itu semua, dan lain-lain sampai akhirnya Allah menganugerahi amanah seorang anak walaupun lahir dalam keadaan mendadak / terpaksa (di luar prediksi namun tidak termasuk dalam katgeori premature) karena suatu hal. Setelah itu pun kehidupan tetap mengajarkan sesuatu kepada saya, seperti PPCM yang saya ceritakan di sini.

Dan selanjutnya, sampai akhirnya lahirlah anak kedua dan ketiga (kembar) dari rahim istri saya. Ini pun tidak lepas dari pelajaran di dalamnya. Karena dari sanalah saya mempelajari lagi bagaimana asal usul anak kembar itu. Walaupun kehamilan dan kelahiran kembar ini dapat dimasukkan dalam kategori di luar distribusi normal dalam statistika, tetapi tetap mengundang banyak tanya seperti penyebab terjadinya, bisakah faktor-faktor itu dikendalikan, dari mana asal-usulnya, dan apa saja tantangannya. Karena itulah, pada tulisan kali ini, saya mencoba menuliskan pengetahuan yang saya dapatkan dari sana. Selain itu, di sekeliling saya (teman & keluarga) ternyata ada setidaknya 9 kasus kehamilan dan anak kembar. Ini membuat saya semakin termotivasi untuk mempelajari dan membagikan pengetahuan yang saya dapatkan dalam tulisan kali ini. Dan pada saat tulisan ini diposting pada tanggal 19 April 2020, menandakan bahwa anak kembar kami saat ini tepat berusia 3 tahun. Sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas karunia Allah yang kembar ini, saya berbagi tulisan seputar anak kembar. Continue reading Anak kembar

39 bulan di Jepang

Publikasi

Tak terasa 39 bulan sudah tinggal di Jepang dalam upaya menempuh jenjang pendidikan paling puncak, yaitu doktoral. Pada bulan Desember inilah, Alhamdulillah, Allah masih memberikan banyak sekali nikmat, diantaranya nikmat sehat, nikmat iman dan juga nikmat islam. Dan Alhamdulillah juga pada bulan ini secara resmi saya dinyatakan lulus secara resmi. Kelulusan kali ini tentunya istimewa, karena berhasil menelurkan dua buah karya tulis ilmiah dengan status sebagai penulis pertama. Dan saat inipun masih menulis lagi sebuah karya tulis ilmiah, karena masih ada data hasil eksperimen yang walaupun statusnya saat ini belum lengkap (masih ada eksperimen yang harus dilakukan namun sebagian data sudah didapat) yang diminta untuk disubmit ke salah satu jurnal internasional. Berikut ini adalah publikasi selama 39 bulan di Jepang dalam menempuh pendidikan tinggi jenjang doktoral di Jepang.

  1. Hadiyawarman, Faisal Budiman, Detiza Goldianto Octensi Hernowo, Reetu Raj Pandey and Hirofumi Tanaka, “Recent progress on fabrication of memristor and transistor-based neuromorphic devices for high signal processing speed with low power consumption”,Japanese Journal of Applied Physics57(3S2), 03EA06, (2018). [link]
  2. Yusuke Nakao, Srikimkaew Oradee, Hadiyawarman, Hirofumi Tanaka, “Effect of Synthesis Procedure on the Size of Ag-Ag2S Core-Shell Nanoparticles for Memristive Brain-Like Devices”, 2019 IEEE Regional Symposium on Micro and Nanoelectronics (RSM), (2019)
  3. Hadiyawarman, Masanori Eguchi, Wilfred G. van der Wiel, Hirofumi Tanaka, “Control of the Neuromorphic Learning Behavior Based on the Aggregation of Thiol-protected Ag-Ag2S Core–Shell Nanoparticles”, Japanese Journal of Applied Physics, Accepted Manuscript online 27 November 2019 [link]

Selain 3 publikasi, saya juga mengoleksi 13 kali keikutsertaan dalam conference, baik internasional maupun lokal (Jepang) dan sebuah award (penghargaan) dalam salah satu conference yang saya ikuti, beritanya saya tuliskan di sini. Semoga karya ini bermanfaat bagi umat manusia dalam upaya mengembangkan teknologi yang dapat membantu pekerjaan manusia, yaitu seputar neuromorphic device based nanomaterial. Jika anda bertanya-tanya makanan jenis apakah itu? hehehe…silakan baca tulisan saya yang satu ini. Kurang lebih arahnya ke sana.

Itu dari aspek akademik. Selain aspek akademik, ternyata ada aspek jalan-jalan juga. Karena selama 39 bulan, dengan beberapa kali conference, maka otomatis mengunjungi beberapa prefektur dan bahkan negara. Ada sekitar 14 prefektur dari 47 prefektur yang ada di Jepang yang telah saya kunjungi bersamaan dengan conference. Selain itu, ada 4 negara juga, seperti Korea Selatan (Jeju), Jerman (Dusseldorf), Belanda (Enschede dan Utrecht), dan Republik Ceko (Brno, Praha, dan Olomouc). Belum lagi dengan tulisan di web pribadi ini selama 39 bulan di Jepang, tak terasa sudah menulis sebanyak lebih dari 60 tulisan. Terbayang lah ya, dengan anak 3, menempuh pendidikan doktoral di luar negeri (Jepang) menghasilkan jejak yang sedemikian rupa. Mobilitas sangat padat. Semoga ini semua dapat bermanfaat bagi para pengunjung dan pembaca web pribadi saya sehingga menambah berat timbangan amal kebaikan saya di akhirat kelak. Amiiin…

Baca juga karya saya yang lain selama 2.5 tahun menempuh pendidikan magister di Korea selatan di sini dan juga selama bekerja sebagai peneliti di salah satu perusahaan di Korea Selatan di sini.

Dencha, kereta penumpang di Jepang dengan sumber daya baterai

2019-09-05-11-21-59474420910214097520.jpg
DENCHA

DENCHA. Begitulah kereta ini dinamakan. Bagi mereka yang pernah tinggal di Kitakyushu atau mengunjungi Kitakyushu, setidaknya di sepanjang jalur Wakamatsu – Nogata tidak akan merasa asing dengan kereta yang hanya dua gerbong ini, karena memang trayeknya di sana. Pernah sesekali kereta ini menjadi 4 gerbong saat ada festival di jembatan yang menghubungkan Wakamatsu dan Tobata (wakato bridge).

Awalnya saya kira nama “dencha” ini hanya plesetan romaji dari 電車 (baca: densha) yang berarti kereta listrik. Tetapi ternyata dencha adalah sebuah singkatan dari “Dual ENergy CHArge train” atau dalam bahasa bebasnya bisa diterjemahkan sebagai kereta yang menggunakan dua sumber energi. Pertanyaannya dari mana sumber energinya? Ini yang menarik.

Awalnya saya mengira bahwa sumber energinya dari batere sesuai dengan gambar yang tertera di badan kereta. Dan ternyata benar. Memang sumber energinya dari baterai. Dan kalau menggunakan batere, berarti berbicara tentang pengisian batre atau charging. Tetapi belakangan ini ada hal yang menarik saat sedang berkereta dan memandangi salah satu layar. Ternyata metode pengisian batrenya tidak hanya dilakukan di depotnya, tetapi juga dari pengereman. Jadi saat si kereta akan berhenti di setiap stasiun, saat itulah proses penyimpanan energi terjadi. Itulah keterangan yang tertera di layar dalam salah satu gerbong dencha.

2019-09-05-11-20-267641515930418698039.jpg
Tampilan di salah satu layar di dalam dencha

Bagaimana bisa dari pengereman kok bisa jadi listrik dan disimpan?

Dugaan sementara saya, dencha ini menggunakan thermoelectric generator yang mampu mengubah energi panas yang ditimbulkan dari proses pengereman menjadi energi listrik lalu menyimpannya. Bagaimana proses penyimpanannya? Berapa besar efisiensinya? Nah itu yang saya belum tau. Hehehe…

Ataukah menggunakan regenerative braking yang mengubah energi gerak menjadi energi listrik melalui motor listrik yang dioperasikan sebagai generator kemudian energi listrik tersebut untuk mengisi baterai?

Tapi setidaknya dencha ini menarik, karena kereta ini menjadikan lingkungannya bebas polusi dan memiliki nilai plus pada pemanfaatan energi. Itulah mengapa Kitakyushu menjadi kota dengan indeks kualitas udara yang bagus.

Semoga suatu saat nanti teknologi seperti ini bisa dikembangkan dan dimanfaatkan di Indonesia.

 

Neuromorphic chip (perangkat keras) untuk menunjang kinerja Artificial Intelligence (perangkat lunak)

Brain Inspired mimicking device

Well, tulisan kali ini sangat berkaitan erat dengan penelitian yang saya lakukan di Kyushu Insitute of Technology. Penelitian ini pula yang membawa saya magang di salah satu kampus di Belanda yaitu University of Twente sehingga memperoleh penghargaan pada salah satu konferensi internasional yang diadakan di kota Sendai – Jepang pada bulan Oktober 2018. Dan tentunya topik ini menjadi salah satu syarat mendapatkan gelar doktor. Topik penelitian ini merupakan topik interdisipliner yang mengharuskan kita mempelajari berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti biologi, psikologi, fisika, kimia, matematika, dan kelistrikan.

Continue reading Neuromorphic chip (perangkat keras) untuk menunjang kinerja Artificial Intelligence (perangkat lunak)